Psikolinguistik
Manusia adalah makhluk yang dibekali dengan seperangkat sistem yang super canggih. Dengan seperangkat sistem tersebut menjadikannya berbeda dengan mahluk yang lain. Tuhan membekali manusia dengan sebuah “komputer” yang teramat canggih dan dilengkapi semacam “hardisk” dengan kapasitas tak terbatas. “Komputer” ini memegang kendali semua aktivitas manusia, dari mengedipkan mata, menggerakkan tangan, berjalan, menulis, membaca, berbicara, dan sebagainya. Ia juga mengendalikan semua aktivitas resepsi dan persepsi kita. Ia adalah otak kita.
Dengan kemampuan otaknya, manusia bisa membayangkan dan melakukan apa saja. Hal-hal yang dulu terlihat mustahil menjelma menjadi kenyataan berkat kemampuan otak manusia. Otak pulalah (dan tentu saja dibantu oleh organ-organ wicara) yang memungkinkan manusia bisa berbahasa. Melalui bahasa, manusia bisa berkomunikasi, bersosialisasi, dan bertukar pendapat dengan manusia lain.
Memang bukan hanya manusia yang bisa berkomunikasi dengan bahasa. Banyak hewan yang juga bisa berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan bahasa mereka. Simpanse, lebah, dan lumba-lumba adalah beberapa jenis binatang yang bisa berkomunikasi dengan bahasanya. Namun, bahasa bagi mereka hanya berfungsi sebagai alat komunikasi kepada sesama jenisnya dengan topik yang sangat terbatas. Akan tetapi dengan bahasanya manusia bisa berkomunikasi dengan orang lain yang berlainan bahasa dengan topik yang tidak terbatas.
Menurut Chomsky, manusia mempunyai piranti pemerolehan bahasa (language acquisition device) yang tidak dipunyai oleh mahluk lain. Dengan piranti bahasa tersebut manusia bisa belajar berbagai macam bahasa sekaligus memproduksi bahasa tersebut. Bahkan manusia bisa berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Ringkasnya, manusia bisa menggunakan bahasa dengan berbagai tujuan dan cara. Bahasa juga bersifat khas manusia, artinya hanya manusia yang dapat berbahasa. Para ahli telah berusaha mati-matian untuk mengajari hewan tertentu (misalnya simpanse bernama Washoe dan Sarah serta seekor gorilla bernama Koko) agar bisa berbahasa, namun hasilnya tidak sesuai harapan (Steinberg dkk., 2001 dan Aitchison, 1983).
Perkembangan kemampuan manusia dalam berbahasa dimulai sejak manusia dilahirkan. Bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa sejak dalam kandungan manusia sudah bisa berkomunikasi (dalam arti merespon suatu stimulus). Mereka menemukan bahwa fungsi otak dan denyut jantung janin juga dipengaruhi oleh keadaan di luar lingkungannya.
Ciri-Ciri Bahasa Manusia
Bahasa adalah seperangkat sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk berkomunikasi antaranggota suatu guyuban dengan latar belakang budaya yang sama. Sistem yang dimaksud di sini adalah adanya elemen-elemen yang apabila dirangkai menurut pola tertentu akan membentuk sebuah jalinan yang logis. Salah satu contohnya adalah sistem bunyi. Bila bunyi-bunyi dalam suatu bahasa berdiri secara isolasi maka tidak akan ada artinya. Namun bila bunyi-bunyi tersebut dirangkai berdasarkan pola tertentu yang sistematis maka akan menjadi sebuah bentuk berupa kata.
Arbitrer yang dimaksud dalam definisi bahasa di atas adalah tidak adanya keterkaitan antara simbol-simbol tertentu dengan entitas dan kejadian yang diwakilinya. Kearbitreran simbol ini bersifat konvensional dan hanya dapat digunakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Bagi manusia bahasa adalah juga sebuah simbol untuk membangun dan melambangkan keberadaan mereka dan hal-hal lain di sekitar mereka. Simbol-simbol tersebut diciptakan manusia untuk berbagai kepentingan, baik yang berhubungan dengan pemertahanan hidup maupun aktualisasi pribadinya.
Komponen bahasa terdiri atas fonologi, sintaktik, dan semantic (Dardjowidjojo, 2005). Komponen fonologi mempelajari bagaimana bunyi-bunyi membentuk suatu sistem dalam sebuah bahasa. Komponen sintaksis mengkhususkan diri pada pembahasan kata, frasa, klausa, dan kalimat, sedangkan komponen semantik mempelajari segala hal tentang makna. Dengan sistem yang dimilikinya, bunyi-bunyi dalam sebuah bahasa dapat dibentuk menjadi gabungan bunyi yang harmonis dengan aturan yang disebut fonotaktik. Dengan adanya aturan fonotaktik ini bunyi-bunyi digabung atau dirangkai dengan rapi dan terstruktur menurut pola-pola tertentu. Setelah bunyi-bunyi dirangkai dan membentuk berbagai macam kata maka langkah selanjutnya adalah bagaimana merangkai atau mengurutkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat. Ini adalah tugas komponen sintaksis. Kata-kata tersebut harus disusun sedemikian rupa agar menghasilkan kalimat yang runtut, jelas, logis, tidak membingungkan. Dalam hal ini komponen sintaksis dibantu oleh komponen semantik.
Hockett dalam bukunya A Course in Modern Linguistics (1958) mengatakan bahwa paling tidak ada enam belas fitur yang menjadi ciri bahasa manusia (lihat pula Dardjowidjojo, 2005 dan Aitchison, 1983). Fitur-fitur tersebut ditampilkan sebagai berikut.
a) Penggunaan indera wicara dan pendengaran, manusia memproduksi bunyi dengan organ wicaranya dan menerima bunyi dengan indera pendengarannya. Saat memproduksi dan mendengarkan bunyi manusia juga bisa melakukan aktivitas lainnya.
b) Bunyi bisa dikirimkan ke semua arah, adanya dua telinga sangat membantu dalam melacak dan menentukan posisi sumber bunyi dengan tepat.
c) Bersifat sesaat, bunyi yang didengar mudah hilang sehingga sangat membantu dalam menangkap bunyi selanjutnya.
d) Dapat dipertukarkan, penutur atau pemroduksi bunyi dapat pula menjadi pendengar dan sebaliknya.
e) Umpan balik bunyi, pemroduksi bunyi masih bisa mendengar suaranya sendiri sehingga bunyi tersebut bisa disesuaikan atau diubah sesuai kebutuhan.
f) Kekhususan, bunyi yang diproduksi dikhususkan untuk kebutuhan komunikasi.
g) Semantisitas, bunyi yang dihasilkan mengandung makna dan acuan sehingga bila suatu nama sudah diberikan maka nama itu akan selalu merujuk pada benda itu.
h) Konvensional, sistem dan makna dalam suatu bahasa bersifat konvensional dan disetujui oleh masyarakat penggunanya.
i) Unsurnya dapat dipilah-pilah, bunyi-bunyi yang dihasilkan dapat dipilah-pilah atau dipecah-pecah; kalimat bisa dipilah-pilah menjadi frasa, frasa menjadi kata, kata menjadi morfem, dan seterusnya.
j) Bebas topik, manusia bisa menggunakan bahasa dengan topik yang tidak terbatas, bahkan untuk hal-hal yang belum ada.
k) Produktivitas atau keterbukaan, semua sistem dalam bahasa membuka peluang untuk pembaruan atau penemuan baru berkaitan dengan sistem bahasa itu.
l) Sosialisasi, manusia menguasai bahasa pertamanya melalui proses sosialisasi dengan lingkungannya.
m) Dualitas, bunyi-bunyi dalam sebuah bahasa tidak memiliki arti bila berdiri sendiri dan baru mempunyai makna setelah dirangkai mengikuti sebuah pakem tertentu.
n) Refleksivitas, bahasa manusia bisa mempelajari dirinya sendiri.
o) Sistemnya bisa dipelajari, manusia bisa mempelajari bahasa lain dan menggunakannya.
p) Bisa untuk berbohong, bahasa manusia bisa digunakan pula untuk menerangkan suatu kejadian atau peristiwa yang sebenarnya tidak terjadi.
b) Bunyi bisa dikirimkan ke semua arah, adanya dua telinga sangat membantu dalam melacak dan menentukan posisi sumber bunyi dengan tepat.
c) Bersifat sesaat, bunyi yang didengar mudah hilang sehingga sangat membantu dalam menangkap bunyi selanjutnya.
d) Dapat dipertukarkan, penutur atau pemroduksi bunyi dapat pula menjadi pendengar dan sebaliknya.
e) Umpan balik bunyi, pemroduksi bunyi masih bisa mendengar suaranya sendiri sehingga bunyi tersebut bisa disesuaikan atau diubah sesuai kebutuhan.
f) Kekhususan, bunyi yang diproduksi dikhususkan untuk kebutuhan komunikasi.
g) Semantisitas, bunyi yang dihasilkan mengandung makna dan acuan sehingga bila suatu nama sudah diberikan maka nama itu akan selalu merujuk pada benda itu.
h) Konvensional, sistem dan makna dalam suatu bahasa bersifat konvensional dan disetujui oleh masyarakat penggunanya.
i) Unsurnya dapat dipilah-pilah, bunyi-bunyi yang dihasilkan dapat dipilah-pilah atau dipecah-pecah; kalimat bisa dipilah-pilah menjadi frasa, frasa menjadi kata, kata menjadi morfem, dan seterusnya.
j) Bebas topik, manusia bisa menggunakan bahasa dengan topik yang tidak terbatas, bahkan untuk hal-hal yang belum ada.
k) Produktivitas atau keterbukaan, semua sistem dalam bahasa membuka peluang untuk pembaruan atau penemuan baru berkaitan dengan sistem bahasa itu.
l) Sosialisasi, manusia menguasai bahasa pertamanya melalui proses sosialisasi dengan lingkungannya.
m) Dualitas, bunyi-bunyi dalam sebuah bahasa tidak memiliki arti bila berdiri sendiri dan baru mempunyai makna setelah dirangkai mengikuti sebuah pakem tertentu.
n) Refleksivitas, bahasa manusia bisa mempelajari dirinya sendiri.
o) Sistemnya bisa dipelajari, manusia bisa mempelajari bahasa lain dan menggunakannya.
p) Bisa untuk berbohong, bahasa manusia bisa digunakan pula untuk menerangkan suatu kejadian atau peristiwa yang sebenarnya tidak terjadi.